Penaklukan Kekaisaran Persia
Penaklukan Kekasiaran Persia
Pasukan Aleksander menyeberangi Hellespont pada tahun 334 SM dengan jumlah tentara sekitar 48,100 infantri, 6100 kavaleri dan armada laut yang terdiri dari 120 kapal dengan kru kapal sekitar 38,000 orang.
Pasukan itu berasal dari Makedonia dan dari berbagai negara-kota Yunani, selain juga tentara bayaran, serta pasukan dari Thrakia, Paionia, dan Illyria.Setelah memperoleh kemenangan pertama melawan pasukan Persia dalam Pertempuran Granikos, Aleksander menerima penyerahan kota dan harta benda di Sardis, salah satu ibukota provinsi di Persia. Aleksander lalu bergerak menuju pesisir Ionia. Di Halikarnassos, Aleksander sukses melakukan pengepungan pertamanya. Dia berhasil memaksa musuh-musuhnya, yakni kapten tentara bayaran Memnon dari Rhodes dan satrap Persia di Karia, Orontobates, untuk mundur ke laut. Setelah menaklukan Karia, Aleksander menugaskan Ada untuk memimpin urusan pemerintahan di Karia. Ada sendiri mengadopsi Aleksander sebagai putranya.
Dari Halikarnassos, Aleksander maju ke pegunungan Lykia dan dataran Pamphylia. Dia menaklukan semua kota pesisir dengan tujuan untuk menyulitkan armada laut Persia. Jika kota-kota di pesisir dikuasai oleh Aleksander, maka kapal-kapal laut Persia tak akan bisa berlabuh. Mulai dai Pamphylia, di pesisir itu tidak ada lagi pelabuhan yang penting dan Aleksander pun melanjutkan kampanyenya ke daratan dalam. Di Termessos, Aleksander mengampuni kota Pisidia. Di kota Gordium, ibukota kuno Phrygia, Aleksander menjumpai ikatan Gordia yang terkenal tak dapat dibuka. Menurut legenda, orang yang mampu membukanya akan menjadi "raja Asia". Aleksander merasa bahwa tidak masalah bagaimana ikatan itu dibuka, dan dia pun memotongnya dengan pedangnya
Levant dan Suriah
Setelah menghabskan musim dinginya dengan melakukan kampanye di Asia Minor, pasukan Aleksander menyeberangi Gerbang Cilicia pada tahun 333 SM, dan mengalahkan pasukan utama Persia di bawah pimpinan Darius III dalam Pertempuran Issus pada bulan November. Darius melarikan diri dari pertempuran sehingga pasukannya kacau balau. Dia meninggalkan istrinya, dua putrinya, ibunya Sisygambis, serta sejumlah besar harta. Setelah itu dia menawarkan kesepakatan damai kepada Aleksander. Darius menawarkan akan menyerahkan seluruh wilayah yang telah ditaklukan oleh Aleksander serta tebusan sebesar 10.000 talen untuk menebus keluarganya. Aleksander menjawab bahwa karena dia kini adalah raja Asia, maka hanya dia sendirilah yang berhak mengatur masalah pembagian wilayah.
Aleksander bergerak maju untuk menguasai Suriah, serta sebagian besar pesisir Levant. Namun setahun kemudian, pada 332 SM, dia terpaksa harus menyerang Tyre, yang pada akhirnya dia taklukan melalui pengepungan yang terkenal. Setelah menaklukan Tyre, Aleksander, membantai semua penduduk prianya, dan menjual semua wanita dan anak-anak sebagai budak
Mesir
Setelah Aleksander menghancurkan Tyre, sebagian besar kota dalam rute ke Mesir menyerah, kecuali Gaza. Gaza memiliki suatu benteng kuat yang di atas bukit dan sangat terlindung.[86] Pada awal Pengepungan Gaza, Aleksander memanfaatkan alat-alat yang sebelumnya dia pakai ketika menyerang Tyre. Setelah tiga kali gagal menyerang, benteng itu pada akhirnya berhasil ditembus, namun Aleksander harus mendapat luka di bahunya. Seperti halnya di Tyre, semua penduduk pria dibantai, sedangkan semua wanita dan anak-anak dijadikan budak.
Di lain pihak, Yerusalem membuka gerbangnya dan menyerah pada Aleksander. Menurut Yosephus, Aleksander diperlihatkan buku ramalan Daniel, mungkin bab 8, yang isinya adalah bahwa seorang raja Yunani yang kuat akan datang dan menaklukan Kekaisaran Persia. Setelah melihat isi buku tersebut, Aleksander mengampuni Yerusalem dan terus maju ke Mesir.
Aleksander memasuki Mesir pada tahun 332 SM, di sana dia dipandang sebagai seorang pembebas. Dia memperoleh gelar "penguasa baru alam semesta" dan putra dewa Amun di Orakel Oasis Siwa di gurun Libya. Sejak saat itu, Aleksander kadang disebut sebagai putra asli dari Zeus-Ammon, dan mata uang yang kemudian muncul menggambarkan dirinya dengan hiasan tanduk kambing sebagai simbol kedewaannya. Dalam masa tinggalnya di Mesir, dia mendirikan Aleksandria (Iskandariyah), yang kelak akan menjadi ibukota Kerajaan Ptolemaik setelah kematian Aleksander
Assyria dan Babilonia
Berangkat dari Mesir pada tahun 331 SM, Aleksander pergi menuju ke timur ke Mesopotamia (sekarang Irak utara) dan sekali lagi mengalahkan Darius dalam Pertempuran Gaugamela. Lagi-lagi Darius terpaksa kabur dan meninggalkan arena pertempuran, Aleksander mengejarnya sampai ke Arbela. Gaugamela akan terbukti sebagai pertempuran terakhir dan paling menentukan antara Aleksander dan Darius. Aleksander lalu bergerak menuju Babilonia dan menaklukan kota tersebut
Persia
Dari Babilonia, Aleksander melaju ke Susa, salah satu ibukota Persia, dan merebut harta bendanya yang legendaris. Aleksander mengirim sebagian besar pasukannya ke ibukota seremonial Persia, Persepolis, lewat Jalan Kerajaan, dan dia sendiri memimpin tentara-tentara pilihannya melalui rute langsung ke kota tersebut. Aleksander harus menyerang jalan masuk ke Gerbang Persia (di Pegunungan Zagros modern) yang telah diblok oleh pasukan Persia di bawah pimpinan Ariobarzanes dan kemudian menghancuran Persepolis sebelum garnisunnya dapat mengamankan harta benda.
Ketika mamsuki Persepolis Aleksander mengizinkan pasukannya untuk menjarah kota dan kemudian menyuruh mereka berhenti. Aleksander tinggal di Persepolis selama lima bulan. Dalam masa tinggalnya di ibukota, kebakaran terjadi di istana timur Xerxes dan menyebar ke seluruh kota. Banyak dugaan mengenai apakah kebakaran itu terjadi karena kecelakaan, atau sebagai tindakan pembalasan atas pembakaran Akropolis Athena pada masa Perang Yunani-Persia Kedua. Arrianus, dalam salah satu kritiknya mengenai Aleksander, menyatakan, "Aku juga tidak merasa bahwa Aleksander menunjukkan pengertian yang baik dalam tindakan ini atau bahwa dia dapat menghukum rakyat Persia atas tindakan masa lalu
Kejatuhan Persia
Aleksander lalu pergi mengejar Darius lagi, pertama-tama ke Media, dan kemudian ke Parthia. Raja Persia itu tak lagi dapat mengendalikan nasibnya, dan dia ditawan oleh Bessus, satrapnya di Baktria dan juga kerabatnya. Ketika Aleksander datang, Bessus dan anak buahnya telah menusuk Darius sampai mati. Bessus lalu menyatakan dirinya sebagai penerus Darius dengan nama Artaxerxes V, sebelum kemudian mundur ke Asia Tengah untuk melancarkan serangan gerilya terhadap Aleksander. Mayat Darius dimakamkan oleh Aleksander di dekat makam para pemimpin Akhemeniyah lainnya dengan upacara pemakaman yang suci. Aleksander mengklam bahwa sebelum wafat, Darius telah mengangkat Aleksander sebagai penerus tahta Akhemeniyah. Kekaisaran Akhemeniyah atau Kekaisaran Persia pada umumnya dianggap telah runtuh dengan meninggalnya Darius
Penaklukan Kekasiaran Persia
Pasukan Aleksander menyeberangi Hellespont pada tahun 334 SM dengan jumlah tentara sekitar 48,100 infantri, 6100 kavaleri dan armada laut yang terdiri dari 120 kapal dengan kru kapal sekitar 38,000 orang.
Pasukan itu berasal dari Makedonia dan dari berbagai negara-kota Yunani, selain juga tentara bayaran, serta pasukan dari Thrakia, Paionia, dan Illyria.Setelah memperoleh kemenangan pertama melawan pasukan Persia dalam Pertempuran Granikos, Aleksander menerima penyerahan kota dan harta benda di Sardis, salah satu ibukota provinsi di Persia. Aleksander lalu bergerak menuju pesisir Ionia. Di Halikarnassos, Aleksander sukses melakukan pengepungan pertamanya. Dia berhasil memaksa musuh-musuhnya, yakni kapten tentara bayaran Memnon dari Rhodes dan satrap Persia di Karia, Orontobates, untuk mundur ke laut. Setelah menaklukan Karia, Aleksander menugaskan Ada untuk memimpin urusan pemerintahan di Karia. Ada sendiri mengadopsi Aleksander sebagai putranya.
Dari Halikarnassos, Aleksander maju ke pegunungan Lykia dan dataran Pamphylia. Dia menaklukan semua kota pesisir dengan tujuan untuk menyulitkan armada laut Persia. Jika kota-kota di pesisir dikuasai oleh Aleksander, maka kapal-kapal laut Persia tak akan bisa berlabuh. Mulai dai Pamphylia, di pesisir itu tidak ada lagi pelabuhan yang penting dan Aleksander pun melanjutkan kampanyenya ke daratan dalam. Di Termessos, Aleksander mengampuni kota Pisidia. Di kota Gordium, ibukota kuno Phrygia, Aleksander menjumpai ikatan Gordia yang terkenal tak dapat dibuka. Menurut legenda, orang yang mampu membukanya akan menjadi "raja Asia". Aleksander merasa bahwa tidak masalah bagaimana ikatan itu dibuka, dan dia pun memotongnya dengan pedangnya
Levant dan Suriah
Setelah menghabskan musim dinginya dengan melakukan kampanye di Asia Minor, pasukan Aleksander menyeberangi Gerbang Cilicia pada tahun 333 SM, dan mengalahkan pasukan utama Persia di bawah pimpinan Darius III dalam Pertempuran Issus pada bulan November. Darius melarikan diri dari pertempuran sehingga pasukannya kacau balau. Dia meninggalkan istrinya, dua putrinya, ibunya Sisygambis, serta sejumlah besar harta. Setelah itu dia menawarkan kesepakatan damai kepada Aleksander. Darius menawarkan akan menyerahkan seluruh wilayah yang telah ditaklukan oleh Aleksander serta tebusan sebesar 10.000 talen untuk menebus keluarganya. Aleksander menjawab bahwa karena dia kini adalah raja Asia, maka hanya dia sendirilah yang berhak mengatur masalah pembagian wilayah.
Aleksander bergerak maju untuk menguasai Suriah, serta sebagian besar pesisir Levant. Namun setahun kemudian, pada 332 SM, dia terpaksa harus menyerang Tyre, yang pada akhirnya dia taklukan melalui pengepungan yang terkenal. Setelah menaklukan Tyre, Aleksander, membantai semua penduduk prianya, dan menjual semua wanita dan anak-anak sebagai budak
Mesir
Setelah Aleksander menghancurkan Tyre, sebagian besar kota dalam rute ke Mesir menyerah, kecuali Gaza. Gaza memiliki suatu benteng kuat yang di atas bukit dan sangat terlindung.[86] Pada awal Pengepungan Gaza, Aleksander memanfaatkan alat-alat yang sebelumnya dia pakai ketika menyerang Tyre. Setelah tiga kali gagal menyerang, benteng itu pada akhirnya berhasil ditembus, namun Aleksander harus mendapat luka di bahunya. Seperti halnya di Tyre, semua penduduk pria dibantai, sedangkan semua wanita dan anak-anak dijadikan budak.
Di lain pihak, Yerusalem membuka gerbangnya dan menyerah pada Aleksander. Menurut Yosephus, Aleksander diperlihatkan buku ramalan Daniel, mungkin bab 8, yang isinya adalah bahwa seorang raja Yunani yang kuat akan datang dan menaklukan Kekaisaran Persia. Setelah melihat isi buku tersebut, Aleksander mengampuni Yerusalem dan terus maju ke Mesir.
Aleksander memasuki Mesir pada tahun 332 SM, di sana dia dipandang sebagai seorang pembebas. Dia memperoleh gelar "penguasa baru alam semesta" dan putra dewa Amun di Orakel Oasis Siwa di gurun Libya. Sejak saat itu, Aleksander kadang disebut sebagai putra asli dari Zeus-Ammon, dan mata uang yang kemudian muncul menggambarkan dirinya dengan hiasan tanduk kambing sebagai simbol kedewaannya. Dalam masa tinggalnya di Mesir, dia mendirikan Aleksandria (Iskandariyah), yang kelak akan menjadi ibukota Kerajaan Ptolemaik setelah kematian Aleksander
Assyria dan Babilonia
Berangkat dari Mesir pada tahun 331 SM, Aleksander pergi menuju ke timur ke Mesopotamia (sekarang Irak utara) dan sekali lagi mengalahkan Darius dalam Pertempuran Gaugamela. Lagi-lagi Darius terpaksa kabur dan meninggalkan arena pertempuran, Aleksander mengejarnya sampai ke Arbela. Gaugamela akan terbukti sebagai pertempuran terakhir dan paling menentukan antara Aleksander dan Darius. Aleksander lalu bergerak menuju Babilonia dan menaklukan kota tersebut
Persia
Dari Babilonia, Aleksander melaju ke Susa, salah satu ibukota Persia, dan merebut harta bendanya yang legendaris. Aleksander mengirim sebagian besar pasukannya ke ibukota seremonial Persia, Persepolis, lewat Jalan Kerajaan, dan dia sendiri memimpin tentara-tentara pilihannya melalui rute langsung ke kota tersebut. Aleksander harus menyerang jalan masuk ke Gerbang Persia (di Pegunungan Zagros modern) yang telah diblok oleh pasukan Persia di bawah pimpinan Ariobarzanes dan kemudian menghancuran Persepolis sebelum garnisunnya dapat mengamankan harta benda.
Ketika mamsuki Persepolis Aleksander mengizinkan pasukannya untuk menjarah kota dan kemudian menyuruh mereka berhenti. Aleksander tinggal di Persepolis selama lima bulan. Dalam masa tinggalnya di ibukota, kebakaran terjadi di istana timur Xerxes dan menyebar ke seluruh kota. Banyak dugaan mengenai apakah kebakaran itu terjadi karena kecelakaan, atau sebagai tindakan pembalasan atas pembakaran Akropolis Athena pada masa Perang Yunani-Persia Kedua. Arrianus, dalam salah satu kritiknya mengenai Aleksander, menyatakan, "Aku juga tidak merasa bahwa Aleksander menunjukkan pengertian yang baik dalam tindakan ini atau bahwa dia dapat menghukum rakyat Persia atas tindakan masa lalu
Kejatuhan Persia
Aleksander lalu pergi mengejar Darius lagi, pertama-tama ke Media, dan kemudian ke Parthia. Raja Persia itu tak lagi dapat mengendalikan nasibnya, dan dia ditawan oleh Bessus, satrapnya di Baktria dan juga kerabatnya. Ketika Aleksander datang, Bessus dan anak buahnya telah menusuk Darius sampai mati. Bessus lalu menyatakan dirinya sebagai penerus Darius dengan nama Artaxerxes V, sebelum kemudian mundur ke Asia Tengah untuk melancarkan serangan gerilya terhadap Aleksander. Mayat Darius dimakamkan oleh Aleksander di dekat makam para pemimpin Akhemeniyah lainnya dengan upacara pemakaman yang suci. Aleksander mengklam bahwa sebelum wafat, Darius telah mengangkat Aleksander sebagai penerus tahta Akhemeniyah. Kekaisaran Akhemeniyah atau Kekaisaran Persia pada umumnya dianggap telah runtuh dengan meninggalnya Darius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar