Biografi Pertempuran Kadesh : Chapter 06

Melodies of life. Pertempuran Kadesh (Chapter 06)
Akhir pertempuran
Keesokan paginya, terjadi lagi pertempuran kedua yang tidak jelas siapa pemenangnya. Menurut laporan Ramesses, Muwatili meminta gencatan senjata, dan dengan demikian pasukan Mesir memperoleh kemenangan dalam pertempuran itu. Akan tetapi hal ini kemungkinan adalah propaganda karena bangsa Het tidak mencatat penyelesaian yang demikian. Catatan dari pihak Het menyatakan bahwa pasukan Mesir terpaksa meninggalkan medan perang dalam kekalahan dan Kadesh tetap dikuasai oleh Het.
Sejumlah sejarawan modern berpendapat bahwa kedua pihak tidak memperoleh kemenangan total. Baik pasukan Mesir maupun Het sama-sama menderita korban yang berat. Pasukan Mesir gagal menghancurkan pertahanan Kadesh, sementara pasukan Het gagal meraih kemenangan padahal awalnya mereka sudah memperoleh keunggulan.

Tidak ada kesepakatan di kalangan sejarawan mengenai hasil perang itu atau apa yang telah terjadi. Pendapat yang bermunculan berkisar antara kemenangan pasukan Mesir, keadaan seri, dan kekalahan Mesir (dengan anggapan bahwa laporan-laporan Mesir hanyalah propaganda).[68] Salah satu sejarawan yang meyakini bahwa pihak Mesir mengalami kekalahan dalam perang ini adalah Egiptolog asal Iran, Mehdi Yarahmadi.

Akibat
Tidak mampu secara logistik untuk mendukung pengepungan yang lama terhadap kota Kadesh yang berbenteng, Ramesses akhirnya memutuskan untuk mengumpulkan pasukannya dan mundur ke selatan ke arah Damaskus dan akhirnya kembali ke Mesir.Sekembalinya di Mesir, Ramesses mengumumkan bahwa dia telah meraih kemenangan besar, meskipun yang berhasil dia lakukan mungkin adalah menyelamatkan pasukannya karena tidak dapat merebut Kadesh.

Meskipun demikian, dalama arti pribadi, Pertempuran Kadesh bisa jadi merupakan suatu kemenangan bagi Ramesses, karena, setelah terjebak dalam sergapan kereta perang Het yang mengbrak-abrik pasukannya, raja muda itu dengan berani mengumpulkan pasukannya yang tercerai-berai untuk bertempur di medan pertempuran sambil meloloskan diri dari kematian maupun penangkapan.

Kereta perang baru Mesir yang lebih ringan dan lebih cepat yang diawaki oleh dua orang mampu untuk mengejar dan merobohkan kereta perang Het yang lebih lambat yang diawaki oleh tiga orang. Unsur-unsur utama pasukan kereta perang Het yan sedang mundur kemudian didesak ke sungai, dan dalam beberapa prasasti Hieroglif yang terkait dengan Ramesses II, disebutkan bahwa mereka lari menyeberangi sungai meninggalkan kereta-kereta perangnya dengan "berenang secepat buaya" untuk meloloskan dir

Akan tetapi, laporan Het dari Bohazkoy menceritakan penyelesaian yang amat berbeda mengenai kampanye militer yang lebih besar itu, dimana Ramesses terpaksa meninggalkan Kadesh dalam kekalahan. Para sejarawan modern pada intinya berkesimpulan bahwa pertempuran itu berakhir seri, namun merupakan kemenangan moral yang besar bangsa Mesir, yang telah mengembangkan teknologi dan persenjataan baru, sebelum kemudian memukul mundur serangan bangsa Het yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Sementara bagi Muwatili II, pertempuran itu adalah kemenangan strategis karena, meskipun dia banyak kehilangan pasukan kereta perangnya namun dia dapat mempertahankan Kadesh selama masa pengepungan yang singkat

Muwatili II terus melakukan kampanye militer ke selatan hingga sejauh provinsi Mesir Upi (Apa), yang dia rebut dan diduduki di bawah kendali saudaranya Hattusili, kelak menjadi Hattusili III. Kini jangkauan pengaruh Mesir di Asia hanya terbatas di Kanaan.[4] Bahkan Kanaan pun untuk sementara waktu terancam oleh pemberontakan di kalangan negara-negara bawahan di Levant. Ramesses terpakasa memulai serangkaian kampanye militer di Kanaan untuk mengukuhkan kekuasaannya di sana sebelum ia dapat melancarkan serangan lebih lanjut terhadap Kekaisaran Het

Pada tahun kedelapan dan kesembilan pemerintahannya, Ramesses memperbesar kesuksessan militernya; Kali ini, dia terbukti lebih berhasil melawan pasukan Het ketika dia mampu merebut kota Dapur dan Tunip. Terakhir kali pasukan Mesir menguasai kota tersebut adalah pada masa Firaun Thutmose II, sekitar 120 tahun sebelumnya. Akan tetapi, kemenangannya terbukti berlangsung singkat saja. Wilayah kekuasaan yang terjepit di antara Amurru dan Kadesh itu mengalami pergantian kekuasaan dengan cepat.

Dalam waktu setahun, wilayah itu telah kembali ke tangan Het, yang berarti sekali lagi Ramesses harus pergi bertempur di Dapur pada tahun kesepuluh pemerintahannya. Keberhasilannya yang kedua sama tidak berartinya seperti yang pertama, karena baik Mesir maupun Het tidak dapat mengalahkan musuh secara telak dalam pertempuran.

Konflik perbatasan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun akhirnya diselesaikan lima belas tahun setelah Pertempuran Kadesh melalui suatu perjanjian damai resmi pada tahun 1258 SM, bertepatan dengan tahun ke-21 pemerintahan Ramesses II, dengan Hattusili III sebagai raja Het yang baru.

Perjanjian yang disepakati itu ditulis pada suatu lempengan perak. Salah satu salinannya, yang dibuat dari tanah liat, masih tersimpan di ibukota Het di Hattusa, di Turki modern, dan dipamerkan di Museum Arkeologi Istanbul. Replika perjanjian Kadesh yang diperbesar tergantung di tembok markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, sebagai perjanjian damai internasional tertulis yang tertua, yang diketahui oleh para sejarawan. Sementara satu versi Mesir dari perjanjian ini masih bertahan dalam lembaran papirus

Sumber : Wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas


Related Post:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar